Foto : Marthen Frendy Koterissa. (dok/Jos) |
Sorong, JejakSiber.com - Marthen Frendy Koterissa salah seorang putra asli Papua tampil beda dari yang lain khususnya dari putra putri Papua.
"Saya mau belajar usaha sendiri, belajar dari saudara-saudara kita dari sebarang yaitu belajar mandiri dengan membuka usaha jasa cuci sepatu," pungkasnya ketika disambangi media ini, Sabtu (19/2/22) di tempat ia bekerja.
Ditanya tentang dirinya lain dengan putra putri Papua lainnya Marthen Frendy Koterissa mengatakan, hampir semua putra putri Papua selalu menginginkan menjadi PNS atau pegawai negeri sipil atau ASN.
"Menjadi PNS memang enak tapi saingan banyak sekali kalau tidak ada beking atau yang urus masuk jangan harap menang," tegas Marthen yang sementara duduk di bangku kuliah semester akhir di Universitas Muhammadya Sorong (UMS).
Dikatakan peluang untuk menjadi PNS kendati dirinya putra Papua asli sangat berat karena lulusan SMA/SMEA sederajat setiap tahunnya ribuan orang.
Begitu juga lulusan sarjana melihat venomena inilah dirinya belajar mandiri dengan usaha disebut share Clean Shoes atau jasa cuci sepatu.
Peluang usaha ini di Sorong kata Marthen Frendy Koterissa sangat potensial tergantung pelanggan saja yang menginginkan sepatunya selalu bersih.
"Ada yang merasa malas cuci sepatu atau cuaca yang tidak mendukung sehingga malas,sekarang ada solusinya, membawa sepatunya di tempat kerja kami Jl. Jenderal Achmad Yani Klademak dua tepatnya di depan Kantor RRI Sorong," ujarnya.
Usaha jasa cuci sepatu ini tidak seperti cuci sepatu di rumah memakai air dan sabun lalu bersihkan dengan sikat, akan tetapi cara membersihkan yang dipakai dengan cara membersihkan dengan sabun spesialis dan tidak bisa dikeringkan dengan tenaga matahari.
Ditanya apakah dirinya dalam usaha jasa cuci sepatu ini membutuhkan modal dari pemerintah daerah atau dari yang lain, menurut Marthen Frendy Koterissa, pemuda gereja Syaloom Klademak ini, masalah penambahan modal, memang di perlukan untuk menambah tempat cuci sepatu ini supaya pada saat musim penghujan, tetap bisa bekerja.
"Butuh bantuan pak, ya sekitar 7 juta kah tapi siapa yang memberikan modal. Kita jalani saja dulu seperti apa yang ada sekarang ini, tapi kalau ada yang bantu silahkan," pungkas Marthen Frendy Koterissa sembari senyum. (Jos)
Editor : Js