Foto : Ilustrasi saat peserta olahraga beladiri Pencak Silat bertarung dalam gelangang. (net) |
Jejaksiber.com - Pencak Silat merupakan salah budaya Bangsa Indonesia sebagai ilmu beladiri. Fakta sejarah munculnya Pencak Silat sejak kehidupan manusia yang belum ada pengaruh dari bangsa-bangsa lain, yaitu Pencak Silat digunakan menjadi senjata membela diri.
Salah satu cara untuk melestarikan Pencak Silat itu sendiri, yang merupakan peninggalan nenek moyang Bangsa Indonesia, dapat dilakukan melalui perguruan-perguruan Pencak Silat yang ada, dengan menggandeng instansi-instansi pemerintah maupun swasta, dan salah satu yang berpotensi besar yaitu melalui sekolah-sekolah.
Pengenalan Pencak Silat melalui sekolah memang sangat besar potensinya, karena pengenalan Pencak Silat di sekolah dapat melalui beberapa macam cara, antara lain pelajaran pokok, pelajaran pilihan dan melalui kegiatan ekstrakurikuler.
Olahraga Pencak Silat itu sendiri dapat dimasukan dalam kurikulum pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan di Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas.
Peranan guru Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan (Penjaskes) tadi dalam pembelajaran tentu sangat besar dalam menentukan materi yang akan diajarkan. Guru penjaskes biasanya hanya mengajarkan apa yang lebih memasyarakat sehingga lebih mudah dalam menyampaikan materi kepada siswa.
Materi yang disampaikan biasanya permainan bola besar dan bola kecil. Namun, tanpa disadari oleh guru penjaskes, hal itu justru membatasi pengetahuan siswa, karena hanya mengajarkan materi yang sama secara terus menerus, sehingga siswa tidak mengetahui materi lainnya.
Terlebih materi yang disampaikan adalah materi yang sudah dikenal oleh masyarakat luas, bahkan orang yang tidak menempuh pendidikan atau kursus sekalipun juga dapat mengenal olahraga tersebut.
Sebagian besar guru penjaskes bahkan tidak dapat melakukan dan mengetahui cara melakukan olahraga tradisional beladiri, yang merupakan budaya asli Bangsa Indonesia yaitu Pencak Silat.
Padahal olahraga beladiri Pencak Silat tidaklah membutuhkan fasilitas yang mahal untuk proses pembelajaran di sekolah. Hanya membutuhkan ruangan atau aula, maupun lapangan apabila sekolah tidak memiliki aula yang cukup besar untuk proses pembelajaran.
Guru penjaskes hanya butuh mengajarkan teknik-teknik dasar dan teknik-teknik praktis dalam pembelajaran Pencak Silat. Siswa akan jadi lebih bisa menghargai dan memiliki rasa nasionalisme untuk melindungi dan melestarikan kebudayaan bangsanya sendiri apabila Pencak Silat diajarkan dalam pembelajaran di sekolah.
Dengan adanya pembelajaran Pencak Silat, siswa tidak hanya mengetahui beladiri Pencak Silat saja, namun siswa dapat merasakan bentuk olahraga beladiri Pencak Silat secara langsung saat melakukan gerakan teknik.
Foto : Rudi Samosir (Pelatih Pencak Silat IPSI). (ist) |
Kendala Guru Penjaskes ;
Ada terdapat beberapa kendala yang dialami guru penjaskes, diantaranya masih ada sebagian guru penjaskes yang belum menyampaikan materi Pencak Silat dalam proses pembelajaran sebagai mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan.
Kemudian, sebagian besar masih ada guru penjaskes yang beranggapan bahwa Pencak Silat merupakan olahraga berbahaya, selain itu masih kurangnya pengetahuan guru penjaskes terhadap materi Pencak Silat itu sendiri, serta kurangnya kesadaran guru penjaskes terhadap olahraga budaya asli Bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan.
Kota Siantar - Kabupaten Simalungun ;
Di Kota Pematangsiantar dan Kabupaten Simalungun, hal ini terjadi, dimana Pencak Silat sebagai mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan tingkat SMP dan SMA minim dilaksanakan.
Sehingga, jika ada himbauan tentang penyelenggaran Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN) yang saat ini disebut Kompetisi Olimpiade Olahraga Siswa Nasional(KO2SN), maka Sekolah setingkat SMP dan SMA serta Dinas Pendidikan selalu kesulitan untuk mengirim peserta, disamping minimnya anggaran dana pendidika di dinas tersebut.
Apalagi untuk mendorong atlit-atlit prestasi Pencak Silat yang akan membawa nama Pemerintah Kabupaten maupun Kota tersebut, sepertinya hal itu akan hilang seiring waktu berjalan jika tidak ada perbaikan maupun strategi kedepan.
Siantar - Simalungun tidak dapat dipisahkan dari adat kebudayaan Batak Simalungun, dalam adat Simalungun ada dikenal Dihar (salah satu perguruan beladiri dari Pencak Silat) daerah Simalungun, sehingga tidak ada alasan sebenarnya, pembumian Pencak Silat di Siantar - Simalungun terkendala.
Solusi Kedepan ;
Perlu adanya regulasi penguatan ataupun penegasan oleh Kepala Daerah melalu Perda, seperti Perbub/Perwako maupun Pergub agar satuan pendidikan benar melaksanakan beladiri Pencak Silat pada mata pelajaran Pendidikan Jasmani dan Olahraga Kesehatan di tingkat SD, SMP dan SMA sederajat.
Dengan melakukan Training Of Trainer (TOT) bagi setiap guru penjaskes, atau apapun bentuk sejenisnya agar pemahaman para guru menjadi satu mengenai Pencak Silat, bahwa Pencak Silat itu adalah salah satu kebudayaan asli Bangsa Indonesia.
Jika hal itu dapat terlaksana, maka bukan tidak mungkin pembumian Pencak Silat akan cepat diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat. (***)
Oleh : Rudi Samosir (Pelatih Pencak Silat IPSI)
NB : Tulisan di atas adalah kiriman dari pembaca media jejaksiber.com, segala bentuk pertanggungjawaban dampak dari tulisa tersebut sepenuhnya diserahkan kepada penulis.