Foto : Ibu hamil. (ilustrasi/net) |
jejaksiber.com - Belakangan ini banyak rumah tangga nyaris berantakan dan bahkan tidak sedikit yang berujung perceraian akibat dari perselingkuhan suami maupun istri.
Salah satunya, seperti cerita seorang perempuan, sebut saja Nia (Ibu dari 4 orang anak_red) menuliskan kisah hidup yang ia alami dan mengirimkannya kepada redaksi media jejaksiber.com untuk diterbitkan.
Dalam tulisannya, wanita paruh baya itu bercerita bahwa rumah tangga yang mereka bangun bersama suaminya sekitar 9 (sembilan) tahun itu nyaris hancur akibat kelakuan dari seorang janda muda atau yang sering dikatakan wanita Pelakor sebutan dari "Wanita Perebut Laki Orang"
Perempuan berparas cantik itu menceritakan kisah hidupnya, yang mana pada saat itu dia masih memiliki 3 orang anak (1 laki-laki dan 2 perempuan) dan sedang hamil mengandung anak ke empat hasil buah cinta mereka bersama suaminya.
Simak ceritanya di bawah ini ;
Sebelumnya, saya mengucapkan terimakasih kepada media ini, karena sudah bersedia mengangkat dan menerbitkan tulisan kisah hidup saya di portal website jejaksiber.com.
Namaku Nia (bukan nama asli) saat itu saya berusia 36 tahun, saya seorang istri yang saat ini memiliki 4 orang anak, saya ingin menceritakan kisah nyata yang pernah saya alami sendiri (pengalaman hidup mempertahankan rumah tangga) dari tangan seorang pelakor.
Saat itu kondisiku sedang hamil anak ke empat, suamiku sebut saja Man (bukan nama asli) saat itu berusia 34 tahun, dia sangat menginginkan kehamilanku yang ke empat itu. Karena, dia sangat menginginkan kehadiran anak laki-laki, meskipun saya sudah memberikannya 1 anak laki-laki.
Saat usia kandunganku 1-4 bulan, semuanya masih berjalan dengan baik dalam rumah tanggaku, namun di usia kandunganku yang ke 5 bulan, saat itu aku periksa ke dokter kandungan, dan ternyata dokter mengatakan bahwa anak yang ada dalam kandunganku itu adalah perempuan.
Saya sendiri tidak ada rasa kecewa mendengar hasil pemeriksaan dokter itu, karena menurut saya itu adalah anugerah dari Tuhan yang harus di syukuri.
Sepulang kontrol, saya memberitahu suami kalau anak yang ada dalam kandunganku itu adalah perempuan, saat itu dia tidak marah, dia tidak berkomentar apa-apa, sehingga aku merasa tidak ada masalah bagi suamiku dengan jenis kelamin anak kami itu.
Tapi... Beberapa hari berikutnya, dalam sikapnya sehari-hari, dia menunjukkan sebuah perubahan sifat setelah mengetahui jenis kelamin anak kami yang ada dalam kandunganku pada saat itu.
Seiring berjalannya waktu, saya mulai merindukan sosok suamiku yang sebelumnya sangat sayang dan perhatian terhadap aku dan anak-anak kami.
Dia mulai dingin, lebih sibuk dengan handphonenya, lebih banyak waktu di luar, namun hal itu masih saya anggap tidak serius, aku sibuk dengan anak-anakku, dengan pekerjaanku di dapur yang tidak pernah ada habis-habisnya.
Tapi... lama kelamaan, suamiku semakin merajalela, malam hari tidak pernah lagi tidur di rumah, selain merasa kesepian, saya juga merasa kasihan melihat anak-anak kami, karena sudah tidak lagi pernah dibawa jalan.
Anak-anak pun mulai merindukan sosok Ayahnya yang sebelumnya setiap weekend selalu meluangkan waktu untuk anak-anak dan keluarganya, karena sebelumnya, setiap hari Minggu dan hari libur suami saya selalu membawa kami bersama anak-anak jalan-jalan, kadang ke pantai, kadang silaturahmi ke rumah keluarga, kadang di ajak makan di luar, dll.
Tapi, itu semua tidak lagi kami rasakan bersama anak-anak, karena suamiku sudah mulai jarang pulang ke rumah.
Kemudian ;
Suatu hari, tepatnya pada hari Minggu, saya menelepon suamiku berulangkali, bahkan hingga puluhan kali, namun tidak di jawab olehnya, lalu saya memutuskan untuk mengirimkan pesan WhatsApp yang menurutku adalah hanya sebatas kata-kata sederhana, begini.
"Ayah,,, di mana? Kenapa gak pulang? Aq teleponi gak diangkat, kenapa? ada yang marah kalau Ayah mengangkat teleponku? Tapi semua terserah kamu saja, jika kamu melakukan yang baik di luar rumah, aku doakan semoga Tuhan memberkati mu, tetapi jika kamu berbuat dosa di luar sana kamu akan menanggung cucuran air mata yang jatuh karena perilaku mu,"
Saat itu juga dia pulang kerumah, lalu aq bertanya, "dari mana ajah? kok baru pulang? Dia menangis terisak-isak, dia berkata, "kamu telah mengutuk aq, dengan kata-katamu," lalu aq menjawabnya, "jika kamu di luar sana tidak berbuat macem-macem kenapa kamu harus takut dengan kata-kataku?,"
Sambil menangis dia memelukku erat-erat sambil minta maaf. Meski suamiku tidak bicara sejujurnya, tapi batinku mengatakan kalau suamiku sudah menghianatiku.
Hari demi hari, pelan-pelan saya mencari tahu arti dari tangisannya kemaren, keesokan harinya, di saat suamiku pulang subuh dengan keadaan mabuk, aku mencium aroma alkohol, perlahan aku bertanya, "kenapa kamu seperti ini? jujurlah, kamu ada perempuan di luar sana?,"
Dengan keadaanya yang mabuk, dia menceritakan semuanya padaku, yang ternyata dia punya pacar gelap atau selingkuhan.
Dan yang paling menyayat hatiku, bahwa perempuan yang menjadi simpanannya itu adalah perempuan malam, yang sehari-hari bekerja dunia malam.
Walau sangat menyayat hati, tapi demi mempertahankan keutuhan rumah tangga dan demi menutupi permasalahan itu dari anak-anak kami, aku rela menahan perihnya yang saya rasakan saat itu.
Bagaimana tidak perih, suami kita mengaku kalau dia punya perempuan lain yang menjadi simpanannya di luar, sakit rasanya.
Seandainya kamu yang membaca cerita saya ini mengalaminya, mungkin saja keputusan yang kamu ambil pasti berbeda, bisa saja memutuskan untuk bercerai atau memilih untuk meninggalkan rumah.
Tapi, karena mengingat kondisi kehamilanku saat itu sudah semakin besar, maka saya memutuskan untuk tetap bertahan dan bersabar, walaupun sesungguhnya sangat sulit untuk menerima kenyataan pahit itu.
Karena, bagaimana mungkin nanti anak saya lahir tanpa seorang ayah, sementara orang-orang yang dekat dengan keluarga kami, bahkan orang di lingkungan tempat tinggal kami, sepengetahuannya kami itu tidak pernah ada masalah dalam rumah tangga, karena memang suami saya ini sangatlah penyayang dan sebelumnya sangat perhatian sama saya dan anak-anak.
Berikutnya ;
Beberapa hari kemudian, saya sengaja memeriksa handphone suamiku tanpa sepengetahuan dia, saat itu aku menemukan histori chattingan suamiku dengan seorang perempuan di dalam pesan WhatsApp nya.
Perempuan itu sebut saja Nur (bukan nama asli) yang saat itu berusia sekitar 23 tahun, saat membaca isi chattingan mereka, seketika air mataku bercucuran tanpa aku sadari, aku syok karena mengingat nasib rumah tanggaku, aku tidak pernah berpikir sejauh ini, bahkan tidak pernah memikirkan kalau suamiku sebejat itu.
Bagaimana tidak syok, karena dalam chattingan mereka, aku membaca kata-kata yang sangat melukai perasaan ku, dalam chattingan itu mereka terkesan sangat mesra dengan panggilan sayang, bahkan dalam chattingan mereka ada beberapa kali yang mengajak nginap di hotel.
Walau begitu, saya masih tetap mencoba menerima kenyataan, aku mencoba kuat menghadapi pilunya nasibku saat itu, karena perilaku suamiku yang sungguh menyakitkan.
Hari demi hari, hubungan mereka itu sudah tidak rahasia lagi bagi suamiku, bagaimana tidak, waktunya sudah lebih banyak di luar daripada di rumah bersama keluarga.
Terkadang kalau saya meminta suamiku untuk tidak keluar malam, dia menuruti, tetapi melihat tingkahnya yang tidak tenang dan selalu terlihat gelisah jika di rumah, aku tidak kuat dan merasa kasihan, karena dia terlihat seperti orang kehilangan akal, selalu gelisah dan tidak bisa tidur.
Suatu saat, suamiku cerita kalau dia memergoki perempuan simpanannya itu (Nur) bersama laki-laki lain, dan akhirnya mereka ribut, suamiku bilang sejak itu mereka sudah tidak ada hubungan lagi.
Mendengar cerita itu aku sedikit lega, karena menurutku suamiku sudah kembali ke kami dan anak-anak, lalu dengan berlahan-lahan saya mencoba menyembuhkan luka yang dalam hatiku, meskipun tidak bisa seindah yang dulu, karena luka yang telah menggores itu akan tetap menempel.
Walau begitu, saya tetap mencoba dan berbuat baik layaknya sebagai istri, dan orang tua dari anak-anak, agar menjadi istri yang baik di mata suamiku dan orang tua yang baik bagi anak-anak.
Foto : Istri menangis karena mengetahui suaminya selingkuh dengan perempuan lain. (ilustrasi/net) |
Selanjutnya ;
Ternyata perjuanganku tidak selesai sampai disitu, suatu hari, saya kembali menemukan chattingan suamiku dengan perempuan lain di WhatsApp nya, tapi kali ini perempuan yang berbeda dengan yang sebelumnya, wanita itu sebut saja Ana (bukan nama asli).
Tapi, kali itu saya memilih untuk merahasiakannya, dan tidak mempertanyakan langsung sama suamiku, dengan alasan takut ribut di depan anak-anak yang sudah berusia 3 (tiga), 7 (tujuh) dan 8 (delapan) tahun.
Luka yang ada dalam hatiku kembali meleleh, bahkan semakin mendalam, saat itu saya hampir saja putus asa, rasa percaya diriku hilang, setiap malam aku menangis dan menangis sembari ku elus perutku yang sudah semakin membuncit.
Aku berkata, "anakku... Aku tidak akan membiarkanmu kekurangan kasih sayang, aku akan tetap menyayangimu meski saat mengandung mu aku tidak dihargai oleh ayahmu," ucapku dalam hati dan kala itu air mataku terus mengalir.
Dan akhirnya, aku sudah terbiasa tidur tanpa suami, selama perubahan suamiku, dari usia kehamilanku 5 bulan, setiap jam 2 subuh aku selalu terbangun dan tidak bisa tidur lagi, begitulah terus menerus sampai kelahiran putriku.
Setiap saya terbangun tengah malam, aku selalu menangis, bagaimana tidak sedih, selalu melihat ketiga anak-anakku tidur tanpa didampingi ayahnya, tapi aku selalu berusaha untuk tegar dan kuat menghadapi semua itu.
Untuk memenuhi kebutuhan di rumah, saya jualan online, karena gaji bulananku dai tempat aku bekerja tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari, karena suamiku sudah tidak pernah lagi peduli dengan kebutuhan rumah tangga kami. Apakah kami makan atau tidak, dia tidak pernah tanyakan hal itu.
Walau untungnya tidak begitu banyak, tapi saya sangat bersyukur dan sangat membantu untuk kebutuhan kami dengan anak-anakku di rumah.
Pada masa itu, pandemi virus corona sedang melanda dunia, bahkan saat itu pemerintah sedang menerapkan lock down karena tingginya angka kematian karena terpapar positif Covid-19, pada waktu itu suamiku semakin jarang pulang ke rumah.
Untuk menutupi hal itu kepada anak-anak, tetangga dan teman dekatku, saya selalu mengatakan kalau suamiku sedang berada diluar kota dengan urusan pekerjaan.
Berikutnya ;
Suatu hari, tepat nya pukul 4:30 subuh, handphoneku berdering, saya melihat ada panggilan dari nomor suamiku, lalu saya menjawab panggilan WhatsApp itu, seketika saya kaget, karena yang berbicara dari handphone suamiku adalah perempuan, yang ternyata itu adalah simpanan suamiku yang kedua kalinya itu (Ana).
Dalam telepon itu dia berkata sambil menangis, "kak... Aku sudah tidak kuat lagi melihat tingkah laku suamimu ini, semua perempuan mau di godanya," kata perempuan itu.
Saya kaget, lalu bertanya, "kamu siapa? kenapa bisa menghubungi aku pakai hp suamiku?," tanyaku dengan rasa curiga.
Perempuan itu menjelaskan kalau suamiku saat itu dalam kondisi mabok berat, dan tidak sanggup lagi untuk pulang menyetir mobilnya, setelah mengakhiri panggilan WhatsApp itu, perempuan itu mengirimkan alamat tempat mereka saat itu berada, dengan mengirim lokasi melalui nomor WhatsApp suamiku.
Padahal sebelumnya sudah 5 hari suamiku tidak pulang ke rumah, yang ternyata selama itu dia bersama perempuan simpanannya itu, dan tinggal berdua di rumah kontrakannya.
Karena kebetulan kondisi kehamilanku yang tinggal menunggu hari kelahiran anak ku, akhirnya saya minta tolong sama tetanggaku untuk menjemput suamiku, karena aku khawatir dengan keadaan suamiku, apa yang terjadi dengan suamiku.
Tetanggaku yang juga masih keluarga dari suamiku itu pergi dengan menggunakan ojek online, agar bisa membawa mobil bersama suamiku pulang ke rumah.
Tidak lama kemudian, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumahku dibarengi dengan suara perempuan mengucapkan, "Assalamualaikum,,, lalu saya membuka pintu rumah, tiba-tiba perempuan itu (Ana) berlari menghampiriku.
Dia memelukku dan bersujud di hadapanku, sambil berkata, "Kakak... aku minta ma'af kak, aku tidak tahu kalau kondisi Kakak seperti ini," katanya.
Sambil berkata, dia mengelus-elus perutku yang sudah menunggu hari untuk melahirkan (menurut pemeriksaan dokter)
Perempuan berparas cantik, manis dan berbadan langsing/sexy itu melanjutkan perkataanya, "aku tidak berniat merusak rumah tangga Kakak, aku sayang sama Kakak, aku selalu menyuruh suami Kakak pulang, tapi dia tidak mau," kata perempuan yang saat itu berusia sekitar 22 tahun itu.
Saat itu saya tidak berkata banyak, saya hanya bilang kepada janda muda itu (Ana), "inilah anak-anakku, apakah kamu tidak kasihan sama mereka? sanggupkah kamu memisahkan mereka dari ayahnya?," kebetulan ketiga anakku saat itu masih pada tidur.
Berikutnya ;
Lalu, tiba-tiba perempuan berambut pirang itu jatuh pingsan di pangkuanku, saat itu saya sedang duduk di sofa ruang tamu rumah kami, saya merasa kaget dan tidak tahu harus berbuat apa, karena saat itu suamiku tidak masuk ke rumah, tapi malah pergi ke rumah tetangga dan tidur disana dengan kondisi mabuk.
Dengan kehilangan akal dan sudah kebingungan, saya meminta tolong sama kakak ipar ku yang menjemput mereka tadi untuk membaringkan perempuan itu di tempat tidur.
Karena sudah merasa kesal dengan tingkah suamiku, lalu saya menghubungi WhatsApp nya, "kamu dimana? tolong urus perempuan gelap mu ini, dia pingsan," kataku dengan rasa kesal.
Lalu suamiku datang ke rumah, tanpa ada rasa malu di hadapan ku dan kakak ipar ku tadi, suamiku langsung menghampiri perempuan selingkuhannya itu, (mungkin saja karena kondisinya masih pengaruh minuman alkohol), sehingga rasa malu dan rasa bersalah tidak ada baginya.
Tiba-tiba saja si pelakor itu sadarkan diri dan mereka saling berpegangan tangan di depanku, sakit rasanya...
Satu hal yang paling menyakitkan dan menyayat hatiku sebagai seorang istri, mereka berdua dalam kondisi mabuk, saling menyapa dengan panggilan sayang, betapa geramnya saya pada saat itu!!!
Melihat kejadian di depan mataku sendiri, saya tidak pernah bermimpi seumur hidupku kalau nasib rumah tanggaku akan seperti itu.
Tidak lama kemudian, wanita simpanan suamiku itu (Ana) datang lagi menghampiriku, meminta maaf dan berjanji akan mengakhiri hubungannya dengan suamiku dan akan menganggap ku sebagai kakak (saudara).
Sesungguhnya sangat sulit dan menyakitkan, tapi saat itu saya sangat ikhlas untuk memaafkan perempuan itu, karena mengingat kondisiku yang saat itu sedang hamil tua, aku hanya bisa berharap belas kasihan dari Tuhan, semoga dengan saya memaafkan perbuatan suamiku dan si janda muda itu, maka persalinan ku nantinya akan berjalan dengan lancar.
Setelah sadarkan diri, perempuan itu minta pulang, lalu kakak ipar ku tadi menghantarkannya ke rumah kontrakannya dengan menggunakan mobil suamiku, karena saat itu suamiku masih dalam keadaan mabuk berat dan sudah tidur pulas.
Sebelum meninggalkan rumah kami, perempuan tadi masih sempat menitipkan uang jajan kepada anak-anakku tanpa sepengetahuan saya, lalu dia pamit pulang.
Dan akhirnya ;
Sepanjang hari itu, saya selalu terbayang-bayang dengan wajah perempuan selingkuhan suamiku itu, tidak pernah menyangka kalau peristiwa itu akan terjadi dalam rumah tangga kami.
Malam itu juga, Tuhan berkehendak baik, sekitar pukul 19.00, perut ku mengalami kontraksi, dan pecah ketuban, tanpa persiapan apa-apa, lalu saya dilarikan suamiku ke rumah sakit.
Tidak berselang lama, akhirnya putriku lahir pada pukul 20.30 dengan persalinan normal dengan kondisi sehat dan sempurna tanpa kekurangan apapun, semuanya lancar, saya merasa bersyukur, mungkin saja karena aku ikhlas memaafkan si pelakor itu dan suamiku, sehingga semua berjalan dengan baik.
Sejak kelahiran putri ketiga dari keempat anak kami itu, suamiku terlihat sudah berubah dan benar-benar bisa move-on dari wanita simpanannya itu, saya bisa merasakan itu karena sejak kelahiran princess kami itu, dia sudah banyak di rumah dan bersama anak-anak lagi.
Begitulah sekilas cerita kisah nyata yang pernah saya alami dalam rumah tanggaku, dan berkat perjuangan saya yang sangat berat, saya berhasil menyelamatkan keharmonisan rumah tangga kami bersama anak-anak dan menyelamatkan suamiku dari genggaman sang pelakor.
Apabila ada kesamaan nama panggilan dalam tulisan saya ini, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pembaca, karena nama-nama yang saya tuliskan di atas hanyalah nama samaran dan bukan nama asli.
Pesan moral dari saya ;
* Perjuangan tidak akan pernah sia-sia dan pasti akan membuahkan hasil yang memuaskan.
* Apapun pergumulan atau permasalahan yang kita alami, tetaplah berdoa menurut agama dan kepercayaan kita dan berserah kepada Tuhan Yang Maha Esa.
* Buat para suami, janganlah pernah bermain hati dengan wanita lain, sayangilah anak istrimu sebagai titipan dan anugerah dari Tuhan demi mempertahankan keharmonisan rumah tangga mu.
* Buat para istri, jangan pernah putus asa dengan sifat dan perilaku suamimu, karena segala sesuatunya ada masanya dan jika Tuhan sudah campur tangan, semuanya akan baik-baik saja.
* Dan buat para wanita yang suka merebut suami orang (pelakor), janganlah pernah berniat untuk mencintai suami orang lain bahkan untuk memilikinya sepenuhnya, karena kasihan anak-anak dan istrinya. (Kalaupun suami orang itu yang mencoba merayu dan menggoda mu, berusahalah untuk menolaknya jika kamu sudah mengetahui kalau dia sudah memiliki istri yang masih langgeng). (***)